Sabtu, Maret 25, 2023
Sisi Positif Corona

Sudah hampir 5 bulan Virus Corona menghantui dunia. Korban berjatuhan, nyawa terancam, ekonomi terguncang, sekolah diberhentikan, pengangguran meningkat, bertegur sapa dengan tetangga pun kesulitan. Ditambah segala isu hoax dan konspirasi memperparah keadaan. Membuat tubuh yang seharusnya berdaya tahan kuat malah panik dibuat ketakutan.

Penyakit yang di sebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-COV 2) ini menyebabkan gangguan pernapasan dan radang paru-paru. Virus yang telah menjalar ke lebih dari 200 negara ini berawal dari China, lalu menyebar dengan begitu cepat ke berbagai belahan negara diantaranya seperti Amerika, Inggris, Korea, Italia, dan negara kita tercinta ‒Indonesia. Sudah banyak korban yang di akibatkan oleh COVID-19. Penyebarannya cukup cepat hingga saat ini diketahui per 28 Mei 2020 5,78 juta orang di dunia terinfeksi dan 2,49 juta dinyatakan sembuh.

Pandemi COVID-19 ini membuat kegiatan masyarakat hampir lumpuh total. Semuanya dikerjakan di rumah. Meski Indonesia tidak di Lock Down tetap saja masyarakat – terutama yang menengah kebawah – merasa kesulitan.

Tempat umum termasuk Rumah Ibadah ditutup. Bayak karyawan swasta yang kemudian diberhentikan karena perusahaan tak kuat lagi menanggung beban, akibat bahan pokok sulit didapatkan atau kegiatan ekspor terganggu peraturan. Pedagang kaki lima pun kesulitan karena tak ada lagi pelanggan yang berlalu-lalang diluar rumah.

Pendidikan formal (SD, SMP, SMA, PT) dialihkan kegiatan belajar mengajarnya. Yang semula di kelas, harus pindah lewat layar gadget di rumah yang membutuhkan dana ekstra untuk kuota Internet ditambah pelaksaannya yang masih membingungkan, dan masih banyak lagi hal lain yang merugikan akibat pandemi COVID-19 ini.

Namun, menurut antropolog interdisipliner dan ilmuan kognitif Samuel Paul Veissiere Ph.D, ketakutan yang berlebihan yang muncul terhadap virus COVID-19 justru merugikan. Sebab, bisa menimbulkan resiko ekonomi dan psikologis yang bisa hadir tanpa kita sadari. Maka dari itu, bukan hal yang buruk jika kita kemudian melihat dampak positif dari virus corona ini agar kita tidak stress dan tersiksa.

1. Mengeratkan hubungan dengan keluarga
Dampak corona yang paling terlihat adalah berpindahnya aktifitas pokok kita ke rumah. Bekerja dan kegiatan belajar mengajar contohnya. Keluar rumah pun takut rasanya karena virus ini tak mengenal kawan dan lawan untuk ditulari. Dengan demikian, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengeratkan hubungan dengan keluarga. Kita bisa kembali merasakan masakan ibu setiap hari, berbincang lebih banyak dari biasanya, bermain, dan melakukan kegiatan bersama yang sebelumnya sulit dilakukan.

2. Lebih peduli dengan kesehatan
Sejak muncul kepermukaan, virus ini menuntut kita untuk lebih aware dengan kesehatan, khususnya kebersihan. Cuci tangan yang biasanya kita lakukan ketika akan makan saja, jadi dilakukan setiap saat ketika akan dan setelah beraktifitas di luar maupun di dalam rumah. Kita juga diingatkan oleh virus ini untuk selalu makan makanan bergizi dan berolahraga agar daya tahan kuat. Bahkan kita jadi sadar betapa pentingnya sinar matahari pagi untuk kesehatan.

Selain itu, banyak kemudian tempat-tempat umum yang tadinya tak begitu diperhatikan kebersihannya sekarang jadi dibersihkan setiap hari. Kita juga jadi mengingat untuk peduli dengan sesama dan memaksa diri untuk bisa bekerja sama secara global dengan kompak melakukan Social Distancing juga isolasi mandiri. Dengan mengingat bahwa hidup manusisa secara tidak langsung saling terhubung, kita di ingatkan betapa berharganya kita satu sama lain.

3. Dunia bekerjasama
Dunia seakan-akan sedang berbondong-bondong untuk mengalahkan musuh bersama yakni virus corona. Kerjasama dalam sekala global belum pernah terjadi. Sebelum kepanikan mengenai COVID-19 menyita perhatian, setiap orang menghadapi masalahnya masing-masing. Seperti kecemasan, kesepian, penyakit mental, dan meningkatnya ketidakpastian akan masa depan.

Dari isu politik hingga perubahan iklim, kasus bunuh diri karena keputusasaan dan bullying di media sosial yang rentan merusak mental kita. Segala masalah yang terjadi menjadi gejala individualisme yang merajalela. Namun, kasus pandemi COVID-19 telah membuat semua orang fokus pada hal yang sama dan pentingnya koordinasi juga kejasama. Pemerintah dunia sekarang mengkoordinasikan tindakan pencegahan dengan kerja sama yang belum pernah terlihat sebelumnya.

4. Saling membantu
Bencana alam biasanya menyatukan orang dan memicu tindakan solidaritas di antara sesama. Sementara ancaman pandemi bagaimanapun telah menyatukan seluruh umat manusia melawan ancaman nyata, manusia saling membantu tanpa melihat suku, ras atau kepercayaan.

5. Kualitas udara membaik
Kualitas udara yang memburuk bukanlah sebuah isu yang mengherankan lagi, seakan menjadi bukti bahwa masyarakat terlalu sibuk bekerja, dan abai terhadap lingkungannya. Saat Social Distancing dilaksanakan di seluruh dunia, kualitas udara menjadi membaik karena berkurangnya orang yang berkendara sehingga polusi udara pun perlahan menipis.Tentu ini hal baik mengingat ibu kota kita, Jakarta masuk dalam peringkat ke-6 kualitas udara terburuk di dunia berdasarkan US Air Quality Index (AQI) tahun 2019.

6. Merealisasikan hobi yang tertunda
Awalnya mungkin sulit untuk melakukan segala aktivitas hanya dari rumah, tapi hal itu perlu dilakukan untuk memotong rantai penyebaran Covid-19. Isolasi mandiri membuat waktu bekerja lebih fleksibel sehingga kita bisa menggunakan waktu untuk belajar hal lain atau menemukan hobi baru, seperi memasak, belajar bahasa baru, banyak membaca buku, belajar alat musik dan masih banyak lainnya untuk menghibur diri.

Tags: ,
Saya adalah mahasiswi UIN SMH Banten dan percayalah orang tua saya memberikan nama Wardah bukan karena orang tua saya fanatik terhadap produk kecantikan tersebut.

Related Article

0 Comments

Leave a Comment

Kategori

  • Esai (34)
  • Kabupaten Pandeglang (23)
  • Kota Cilegon (1)
  • Resensi (4)
  • Sastra (9)
  • Tokoh (2)
  • Unique (8)
  • Ikuti Kami!

    Kategori

  • Esai (34)
  • Kabupaten Pandeglang (23)
  • Kota Cilegon (1)
  • Resensi (4)
  • Sastra (9)
  • Tokoh (2)
  • Unique (8)
  • Ikuti Kami!

    %d blogger menyukai ini: