Oleh : Andreansyah, S.I.P.,
(Ketua Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulamma Kec. Mandalawangi)
SUDUT.ID PANDEGLANG — Generasi muda adalah agen perubahan, baik buruknya bangsa Indonesia tergantung dengan generasi penerusnya. Generasi muda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, generasi muda yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Generasi muda harus mempunyai karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, edukatif, kreatif, inovatif, atau mampu memahami pengetahuan dan teknologi guna bersaing secara global. Selain sebagai agent of change (agen perubahan), generasi muda juga berperan sebagai moral face dan social control di dalam masyarakat.
Jika generasi muda mempunyai karakter-karakter tersebut, tidak menutup kemungkinan dapat tercapainya keinginan bangsa Indonesia menjadi negara maju. Akan tetapi pada kenyataannya, generasi muda saat ini belum sepenuhnya mampu memenuhi komponen dari karakter ideal yang dibutuhkan dalam menopang kemajuan dan keberhasilan suatu bangsa di masa mendatang. Hal ini dikarenakan generasi saat ini mudah terjerat dengan berbagai permasalahan baru yang banyak memengaruhi potensi dan mengakibatkan dirinya sulit menjadi generasi tangguh.
Permasalahan tersebut terlihat dari adanya permasalahan fisik dan mentalitas mereka yang sangat rapuh. Berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi saat ini (generasi di bawah milenial) dianggap sebagai generasi kreatif yang rapuh dan tidak memiliki jiwa survival, hal ini terlihat dari adanya kemudahan mereka untuk menyerah, berputus asa, memiliki daya saing dan daya juang yang rendah, serta memiliki kondisi fisik yang lemah (mudah sakit).
Keseluruhan hal tersebut menimbulkan gagasan atau istilah baru yang melambangkan kondisi dan situasi yang dialami oleh generasi saat ini, yakni Strawberry Generation (Kasali, 2018).
Indonesia yang saat ini sedang ada pada era strawberry generation atau generasi stroberi tengah dijangkiti oleh maraknya perilaku negatif atau krisis karakter yang kian bertambah parah. Ditambah lagi saat ini hingga tahun 2045 mendatang Indonesia memasuki era bonus demografi, dimana jumlah sumber daya manusia dengan usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih tinggi dibanding usia muda dan usia lanjut.
Hal ini tentu akan menjadi seperti analogi pisau bermata dua. Satu sisi Indonesia bisa mendapatkan keuntungan karena di masa ini pemuda lah yang mendominasi, dan sebaliknya di sisi lain Indonesia juga dapat terpuruk jika masalah krisis karakter pemuda ini tidak segera ditangani.
Gagasan tentang Strawberry Generation atau generasi stroberi dimunculkan oleh Rhenald Kasali melalui bukunya “Strawberry Generation : Mengubah Generasi Rapuh Menjadi Generasi Tangguh”. Menurut Rhenald Kasali, dari bentuk dan warnanya, stroberi itu menawan, namun di balik keindahannya, stroberi begitu rapuh.
Andreansyah, S.IP Ketua Majlis Alumni IPNU Mandalawangi mengatakan.
“Generasi Strawberry kini kian meningkat. Hal ini merupakan analogi dari generasi kita sekarang. Layaknya buah stroberi, generasi kita sangatlah menawan dalam artian generasi kita sangatlah kreatif, inovatif, dan produktif. Akan tetapi, juga seperti tekstur buah stroberi yang “rapuh”, generasi bangsa indonesia sekarang juga sangatlah rapuh. Generasi kita memiliki sifat egois, mudah marah, tidak mudah menerima kritik, mudah menyerah serta putus asa, memiliki Fixed Mindset, lebih senang menjadi generasi Passenger atau hemat bahasa erat kaitannya dengan “krisis karakter”.
Sebagai solusinya, Para Orang Tua dan Guru yang sangat dekat dengan kalangan pelajar untuk ikut membantu ikut berpartisipasi guna menciptakan generasi yang tangguh, generasi penerus yang hebat dengan segala Skil yang dimilikinya.
- Peran Orang Tua
Orangtua adalah orang pertama yang mengajarkan pendidikan kepada anaknya, dari mulai balita , anak-anak hingga dewasa. Namun, ada juga orangtua yang tidak dapat membimbing anak lagi dalam belajar karena dengan alasan sudah sekolah dan ada guru yang mengajar, ataupun karena sibuk. Nah, disinilah harus dilakukannya suatu evaluasi , dimana orangtua tidak bisa terlepas membimbing anaknya dalam belajar walaupun anak sudah sekolah dana ada guru yang mengajar ketika di sekolah, tetapi orangtua harus tetap membimbing belajar anak dan memantau kegiatan sehari-hari anak.
Pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak bukanlah hal yang sepele karena pendidikan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat bertahan menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini orang tua semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti memberikan banyak dampak positif bagi anak. Banyak yang mencapai kesuksesan setelah mereka menginjak usia dewasa dan terjun ke dalam dunia sosial yang sebenarnya.
Oleh karena itu orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak mereka, melihat potensi dan bakat yang ada pada anak mereka, memberikan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah serta selalu memotivasi anak agar tetap semangat dalam belajar. perlu adanya perhatian khusus dari orang tua selain daripada belajar disekolah, orang tua harus mempunyai konsep yang matang untuk mengarahkan anaknya untuk terus mengembangkan diri sehingga kelak ketika beranjak remaja ataupun dewasa menjadi anak yang multitalenta. Misal dengan, Mondok Pesantren, Kursus Komputer, Kursus Bahasa, dll yang bersifat keilmuan dan pengetahuan, soft skil merupakan hal dasar yang perlu dimiliki oleh setiap anak masakini, sangat tertinggal jika sudah dewasa baru memikirkan hal tersebut. - Peran Guru
Pendidik atau guru dalam pendidikan islam sebagai pemegang amanah mendidik dan mengajar memiliki dua peran sekaligus, yaitu peran transfer of knowledge dan transfer of value. Misi ilmu pengetahuan meniscayakan guru atau pendidik untuk menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masa depan (aspek IQ), sehingga sebagai generasi yang hidup pada hari ini dan untuk esok hari dan terkait dengan hari kemarin anak tidak terputus dari mata rantai yang ada dan terasing dari dunianya akan tetapi justru dapat mengambil inisiatif dan peran ditengah-tengah masyarakat.
Tugas dan peran guru merupakan salah satu dari kewajiban sebagai guru dalam menjalankan tugasnya dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini penting karena guru merupakan orang tua kedua setelah keluarga yang memeliki beberapa peranan dalam menuju anak didik yang memiliki kepribadian yang baik bisa meneruskan perjuangan suatu bangsa yang berkepribadian berkeadaban yang tinggi dan bisa bersaing di dunia pendidikan baik lokal, nasional, maupun internasional. Guru dalam hal ini sangat berkompeten untuk mewujudkan semua itu melalui dunia pendidikan yang memiliki tugas dan peranannya.
Seorang guru adalah insan pemberi ilmu. Seorang guru adalah penerang bangsa dan pembangun budaya yang harus dihormati setelah berbakti kepada ibu dan bapak. Diriwayatkan oleh Abu Hasan Mawardi bahwa Nabi SAW berpesan: “muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu”.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapundalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini.
Seorang guru/pendidik dalam melakukan perbaikan pembelajaran pendidikan agama islam harus diawali dari desain pembelajaran yang baik, dengan perkataan lain perancangan pembelajaran pendidikan agama dapat dijadikan titik awal upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini didukung oleh hasil penelitan Chair, yang menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran yang diawali dengan melakukan kegiatan penyusunan perencanaan pembelajaran akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan perolehan hasil belajar. Dengan demikian, langkah awal dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama adalah memperbaiki kualitas pembelajaran pendidikan agama melalui peencanaan pembelajaran yang profesional.
Pada dasarnya guru hanya memiliki waktu 6-8 saja bertemu dengan siswa dikelas, maka perlu adanya konsep belajar yang menarik untuk siswa ini betah belajar, konsep otodidak yang diberikan oleh guru seperti ngedikte dan menulis itu jangan dijadikan konsep andalan dalam mengajar, ajak siswa berinteraksi, mengenal secara langsung, mempraktekkan, games, role play, diskusi sehingga seorang siswa belajar dengan nyaman dikelas
Dapat disimpulkan Peran orang tua dan guru sebagai pendidik adalah dengan memberikan perhatian dan kasih sayang serta tidak memanjakan anak, berkomunikasi secara baik dengan anak. Memberikan nasehat-nasehat kepada anak untuk tidak melakukan hal-hal buruk, serta tidak melanggar tata tertib sekolah, memberikan dorongan dan semangat belajar serta mendisiplinkan anak didik untuk mampu mematuhi tata tertib sekolah, demi kelancaran pembelajaran yang dilaksanakan disekolah.
Peran orang tua dan guru sebagai pelatih adalah melatih anak untuk membiasakan diri dalam kedisiplinan, melatih anak untuk menerapkan nilai-nilai kehidupan, bersikap sopan terhadap orang lain, tidak membatasi pergaulan anak, melainkan memberikan pandangan dalam berteman agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik, mengatasi kesulitan belajar siswa, memberikan latihan-latihan soal di sekolah maupun dirumah. Menerapkan metode-metode pembelajaran yang tidak membosankan untuk siswa dan memberikan keterampilan untuk meningkatkan kecakapan siswa di luar lingkungan sekolah.
Peran orang tua dan guru sebagai pembimbing adalah mengarahkan anak untuk dapat hidup mandiri, orang tua membantu anak memilih teman sebaya yang bisa menuntu anak dalam proses pergaulan yang baik, bisa menghadapi persoalan-persoalan yang sedang dihadapi dengan baik itu masalah yang terjadi di lingkungan sekolah,membantu anak didik untuk mengatasi masalah perkelahian yang sudah sangat jelas melanggar peraturan sekolah, memperhatikan perkembangan kepribadian anak, dan membentuk sikap dan perilaku yang diharapkan.
Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik bagi orang anaknya. Untuk itu orang tua sebaiknya lebih memperhatikan anak, dalam mendidik, melatih, membimbing dan menjadi teladan serta masih banyak lagi peran-peran orang tua yang lain. Membentuk kepribadian, menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak serta mengembangkan moral dan agama. Membangun rasa kasih dan sayang, rasa kasih dan sayang yang dibangun oleh guru akan membuatnya bersikap lembut kepada anak didik. Seorang guru harus senantiasa sadar untuk memberikan yang terbaik untuk anak didiknya, dan yang paling pokok adalah seorang guru dapat mendidik anak dengan penuh semangat sebagaimanaa mendidik anak sendiri.
Terlepas daripada peran orang tua dan guru peranan dari kalangan Akademisi, Aktifis, Tokoh Masyarakat, Organisasi pun harus turut ikut mencerdaskan anak bangsa sesuai dengan disiplin ilmu yang akan diberikan kepada para pelajar negri ini, baju membahu mempersiapkan generasi muda yang cemerlang agar kedepan kita mempunyai penerus yang hebat membuat bangsa ini lebih maju, membentuk karakter pelajar atau generasi muda saat ini bukan hanya tugas guru saja tapi kita semua. (Rif)
