Sabtu, Maret 25, 2023

(Penulis : MD Nasir)

Sudut.id Pandeglang – Dari berbagai siklus kehidupan, di Megara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hiruk-pikuk yang begitu banyak bermacam-macam berkehidupan begitu kompleks, Kita katakan Bhineka Tunggal Ika dalam rumpun patri nama pancasila bersemboyan dalam pemersatu bangsa di tanah nusantara. Dari berbagai hal cara berkehidupan berbeda-beda, bahkan dalam sudut pandang demokrasi tentunya menuai berbagai hal tertanam dalam nilai-nilai berkeadilan.

Kepemiluan bukanlah pola sistem yang baru meski beberapa puluh tahun baru tumbuh mulanya berdemokrasi di indonesia yaitu pada zaman KH. Abdurrahman wahid atau gus dur yang duduk pertama jadi presiden dalam pemilihan secara langsung oleh rakyat, tapi sistem dan manajemen kepemiluan tidaklah baku atau stagnan.

Semakin zaman berkembang dan maju di era digitalisasi dapat tercerminkan oleh kurun waktu yang berkembang sehingga kita menilai demokrasi berkemajuan lewat digitalisasi serta tidak boleh monoton.

Kepemiluan sangatlat lumrah dan dinilai sangat familiar dikalangan khalayak banyak orang akan tetapi memang dengan cara pandang yang berbeda-beda.

Contoh, pendaftaran yang siap kontestasi dalam berbagai hal sekarang mudah dengan melalui berbagai media digital alias siatem online, dari mulai menjadi penyelenggara, pengawas demokrasi yaitu bawaslu, kepemerintahan, eksekutif, legislatif, yudikatif dari mulai bawah sampai paling atas bahkan dari berbagai kalangan yang menjadi pelaku politikpun berkampanye lewat digitalisasi, artinya perkembangan zaman memanglah selayaknya teradaptasikan disemua kalangan.

Untuk generasi milenial

Edukasi kepemiluan harus tetap dituangkan dalam berberilaku sosial masyarakat karena setiap zaman akan melahirkan anak zaman, hal itu tentunya dengan menerapkan edukasi kepada milenial yang dari representatif dari kalangan muda seperti kelompok OKP kepemudaan, kemahasiswaan, clas-clas pendidikan Agar penerapan secara upaya lebih dapat dipahami oleh khalayak golongan remaja dewasa.

Masyarakat sipil harus tuntas

Kenapa di masyarakat sipil harus dipertahankan bahkan diperluas ? Nah, tentunya hiruk-pikuk cara berperilaku di negara indonesia era orla masih alias para orang tua banyak perlunya untuk diberikan edukasi tentang kepemiluan dalam sistem demokrasi, pilkada, pildes, pilgub, pilpres. Mohon maaf sekali, di negara kita para orang tua dahulu yang masih ada ketika ikut berjuang secara SDMnya pun kurang mempuni dalam berpendidikan seperti tak bisa baca, tak bisa menulis meski tak banyak tapi tetap masih ada.

Pengamatan ini terus diperkuat dalam pemahama nilai-nilai demokrasi indonesia, agar tentunya SDM pra reformasi yang masih ada dalam pendidikan tidaklah seperti zaman sekarang.

Tapi masih banyak yang belum faham dalam tahapan-tahapan kepemiluan artinya, mengedukasikan lewat sosial masyarakat akar rumputpun dari mulai berkehidupan perkotaan sampai pedesaan pedalaman harus diperkuat dalam sistem pemahaman.

Revitalisasi dalam penguatan basis penyelenggara

Komitmen dalam sebuah penyelenggara tentunya tetap dijaga dalam netralitas, profesional, jujur, adil.

Ditubuh selaku pelaku penyelenggara sendiri harus tetap mengedepankan soal kode etik kerja. bahkan secara ekstrimnya, harus siap tahan banting dari berbagai hal seperti tekanan dari berbagai pihak yang dianggap tuduhan berkepentingan dalam mensuksesi demokrasi lewat kepemiluan. Apalagi sampai ikut serta dalam konsfirasi kejahatan yang merusak moralitas kepemiluan.

Kenapa perlu revitalisasi ? Tentunya, hajat demokrasi yang berunsur kepentingan masyarakat indonesia harus benar-benar tidak cedera dalam penyelenggaraan, bahkan jangan sampai pengurus parpol dan para penyelenggara ikut serta dalam kecurangan intinya harus diperketat secara kode etik masing-masing.

Berkemajuan dalam digitalisasi

Beberapa fase zaman berkembang memanglah perputaran waktu yang tidak dapat terhentikan dari perkembangan pikiran manusia yang memajukan teknologi kearah peradaban manusia berkembang pesat.

Sebelum melangkah lebih jauh, kita memberikan sebuah bekal baik untuk diri sendiri serta pelaku kepemiluan bahkan ke masyarakat luas.

Sejarah revolusi industri di dunia, Secara ringkas, terdapat 6 fase dalam sejarah revolusi industri, yaitu Revolusi 1.0 yang berkisar pada tahun 1780 dan fokus pada mechanisation; Revolusi 2.0 pada 1870 fokus pada electrification; Revolusi 3.0 pada tahun 1970 untuk automation; Revolusi 3.5 pada 1980 tentang globalisation; Revolusi 4.0 yang sedang terjadi sekarang yaitu digitalisation; serta Revolusi 5.0 di masa depan yang akan fokus pada personalisation.

Ini sangatlah mencerminkan bagi kita semua selaku masyarakat yang notabenenya mau tidak mau siap tidak siap kita hadapi bersama dan memiliki bekal bersama.

Kecanggihan teknilogi sangatlah manfaat bagi sistem kepemiluan, meminimalisir kecurangan dalam melakukan berbagai hal di kepemiluan, baik secara struktur sistematis dan masif.

Penulis : M Dede Nasir (Wakil ketua GP. Ansor Pandeglang bidang riset, teknologi dan informasi.

0 Comments

Leave a Comment

Kategori

  • Esai (34)
  • Kabupaten Pandeglang (23)
  • Kota Cilegon (1)
  • Resensi (4)
  • Sastra (9)
  • Tokoh (2)
  • Unique (8)
  • Ikuti Kami!

    %d blogger menyukai ini: