Kembali, aksi pembunuhan keji dilakukan oleh seorang teroris yang dilakukannya di sebuah masjid -tempat ibadah kaum muslim. Sungguh perbuatan mereka tidak masuk di akal ketika mereka mengklaim bahwa mereka telah melakukan tindakan yang benar. Jihad, membunuh saudara seiman dikatakan Jihad? Logika mana yang mereka gunakan sehingga mereka bisa mengatakan perbuatan demikian dengan sebutan jihad?
Masjid yang seharusnya menjadi sebuah tempat yang aman dan tentram karena diperuntukan untuk melakukan kegiatan ibadah dan merenungkan diri kepada sang maha kuasa. Kini, setelah beberapa aksi yang di lakukan oleh para teroris ini menjadikan masjid bukan sebuah tempat yang sakral lagi. Apa lagi yang kurang? Setelah sebelumnya masjid digunakan sebagai sarana kampanye dan seruan kebencian sekarang digunakan sebagai tempat pembunuhan.
Apa lagi selanjutnya?
Inilah mungkin akibatnya jika kita tidak belajar agama kepada ahlinya: seorang kiyai yang telah mempunyai keilmuan yang tinggi dan memiliki sanad keilmuan yang jelas. Diketahui bahwa orang yang melakukan pembunuhan ini adalah seseorang yang dalam kehidupan sehari-harinya -terkhusus dalam media sosialnya- adalah orang yang selalu mengatakan bahwa ISIS itu benar dan Khilafah memang harus di tegakan. Dan apapun harus dilakukan untuk bisa mewujudkannya. Mungkin seperti itulah kira-kira dogma yang dia terima selama ini.
Tidak mengherankan ketika dia tidak belajar agama kepada seorang guru -kiyai- dan mencari ilmu agama -sendiri- di internet terkena pemikiran-pemikiran yang radikal karena dia tidak memiliki filter ilmu agama dalam dirinya. Mungkin yang ada dalam pikirannya hanyalah islam itu satu dan Syiah bukan islam, ia hanya berkutat disitu saja. Dia tidak sadar bahwa pemahaman islam yang dia terima selama ini adalah pemahaman neo-Khawarij yang selalu mengatakan kafir dan halal darahnya ketika tidak sama pemahaman islamnya.
Pembunuhan yang dilakukan oleh teroris kepada anggota polisi di masjid ini begitu mirip dengan pembunuhan yang dilakukan seorang Khawarij yang bernama Ibnu Muljam kepada Sahabat Ali r.a -khalifah keempat dalam sejarah isam.
Ibnu Muljam sebenarnya bukanlah seorang yang tidak mengerti agama. Dia diketahui adalah seorang yang sering beribadah dan sering berpuasa. Shalatnya tidak pernah tertinggal terutama shalat malam. Bacaan ngajinya pun sangat bagus sampai-sampai dia sempat di kirim oleh Sahabat Umar r.a untuk mengajarkan Al-Quran di Mesir. Akan tetapi rusak sudah ibadah dan amalan yang dia kerjakan selama ini ketika pemahaman Khawarij memasuki pikirannya dan menciptakan pandangan yang radikal dalam dirinya. Ali r.a adalah seorang kafir dan suatu ibadah jika membunuhnya.
Di ketahui bahwa Ibnu Muljam melancarkan aksi bejatnya itu pada tanggal 17 Ramadhan 41 H. Pada waktu subuh Ibnu Muljam sudah menunggu Sahabat Ali r.a di masjid karena memang Sahabat Ali r.a selalu shalat di masjid dan membangunkan orang-orang. Ketika Sahabat Ali shalat, keluarlah senjata Ibnu Muljam yang telah diberi racun yang dia sembunyikan dalam bajunya seraya berkata “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, bukan milikmu atau orang-orangmu (wahai ‘Ali),” lalu dengan sadis Ibnu Muljam menikam Sahabat Ali r.a tepat di kepalanya dari belakang.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari peristiwa berdarah ini?
Mencari ilmu agama haruslah kepada ahlinya jika tidak ingin tersesat. Karena kaum pemikir radikal dalam berislamnya mungkin lupa unsur agama yang ke tiga setelah iman dan islam yaitu ihsan: yang artinya baik.
Apa yang menyebabkan mereka bisa berbuat demikian?
Akal dan kebodohan. Mereka menerima informasi akan tetapi mereka tidak menggunakan akal mereka untuk menyaring informasi tersebut. Mungkin karena terlalu bodoh sampai-sampai berpikir waraspun mereka tidak mampu.
Gunakan lah selalu akal pikiran kita dalam menerima informasi dan jangan tersulut oleh kata-kata yang berbau dogmatis. Ingat lah selalu bahwa islam itu adalah agama yang damai dan akal kita seharunya bisa memilah mana perbuatan yang mendamaikan dan mana yang tidak mendamaikakn: teror.
Wallahu Alam
Saija Anggara N
4 Juli 2017